Berburu Induk Sawit
Hingga Ke Amazon dan Afrika
BICARA pusat
pembenihan kelapa sawit, pasti yang terlintas dalam pikiran kita adalah Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Sumatera Utara, Socfin, Lonsum atau
produsen benih lain yang mayoritas berada di Sumatera. Selain itu, kecuali
PPKS, hampir semua produsen benih sawit itu adalah juga merupakan pemilik
perkebuanan kelapa sawit.
Tapi sejak beberapa tahun terakhir, Pulau Jawa juga sudah memiliki sentra pembenihan kelapa sawit sendiri. Lokasinya berada dalam komplek Tman Wisata Buah Mekarsari di kawasan Cilengsi, Bogor, Jawa Barat. Produsennya dalah PT Sasaran Ehsan Mekarsari (PT SEM), yang merupakan anak usaha PT Mekar Unggul Sari, pengelola Taman Buah Mekarsari.
Bisa
dijelaskan bagaimana hingga Mekarsari akhirnya memutuskan untuk berbisnis
pembenihan kelapa sawit sendiri?
Kita sih
maunya bukan hanya sawit, tapi juga yang lain. Tapi kerena kita mengelola
sawit, maka kita putuskan untuk membuat pembenihan kelapa sawit. Apalagi, kami
didukung dengan koleksi tanaman sawit yang lengkap, yang sudah mulai
dilaksanakan pada sekitar tahun 1992.
Tapi
sebenarnya, kami baru memutuskan untuk mulai serius menggarap pembenihan kelapa
sawit dalam waktu 10 tahun terakhir ini, atau sekitar tahun 2003. Dan induknya,
kami pilih dari koleksi yang kami miliki tersebut.
Tapi kalau
kita mungkin lebih low profile. Tapi
yang pasti untuk mendapatkan benih unggul, kami mengirim orang keberbagai
belahan dunia, seperti ke Amazon, Afrika dan yang lainnya. Karena menurut kami,
makin banyak genetic base yang
dimiliki, akan semakin bagus.
Sementara
kalau kita lihat selama ini di Indonesia, induk benihnya hanya berputar-putar
pada empat klon yang ada di kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Padahal kalau mau
jujur, jika ada orang menyebut punya varietas unggul dari Amerika Latin, kita
sudah punya dari dulu. Cuma memang kita tidak mau ngomong saja. Olivera, kata
orang bagus, kita sudah punya dari dulu.
Kalau
ditanya jenisnya apa saja, rasanya induk sawit yang kita miliki paling lengkap
dibanding yang lain. Kalau kita bicara varietas Olivera dari Afrika, yang
sekarang banyak diminati orang, kita juga punya. Begitu juga dengan varietas
Valgo, kita juga sudah punya dari dulu.
Dan yang
perlu juga menjadi catatan, bahwa pohon induk yang kami miliki tersebut berada
dalam satu lokasi. Bukan terpencar, seperti yang terjadi di perusahaan
pembenihan lain. Jadi kalau ada orang yang menanyakan pohon induknya mana, kami
bisa langsung menunjukannya. Karena memang telah kami kumpulkan dalam satu
tempat.
Kalau dalam
perkembangannya ada pohon induk yang masih berada di lokasi lain, maka akan
kami pindahkan. Karenanya kami juga tengah mengkaji untuk membeli alat yang
bisa digunakan untuk secara langsung memindahkan pohon induk, tanpa merusak
struktur akarnya.
Berapa luas
areal yang disiapkan untuk pengembangan pohon induk?
Saat ini
luas lahan yang secara khusus kami kembangkan untuk pohon induk adalah 307
hektar. Sementara yang kapasitasnya sudah penuh, sebanyak 11 hektar, dimana
tiap hektarnya terdapat 136 pohon induk. Satu pohon induk yang kami miliki,
bisa menghasilkan antara 8.000 sampai 10 ribu biji per tahun.
Memang tidak
semua pohon koleksi yang kami miliki itu, dipilih sebagai pohon induk. Bisa
dibilang ada pohon terpilih, dan ada yang tidak terpilih. Saat ini pohon inuduk
yang kami tetapkan sebagai pohon terpilih, jumlah ada sekitar 800 pohon.
Apakah bisnis
pembenihan kelapa sawit PT SEM ini akan berkompetitor dengan PPKS
Medan atau pengembang benih sawit lain?
Saya rasa
tidak. Karena kalau di benih sawit, tidak ada yang namanya persaingan. Yang ada
justeru saling membangtu dan melengkapi. Agar sawit Indonesia bukan hanya dibanggakan
menjadi nomor satu di dunia karena luas areal perkebunannya saja. Tapi juga
dari segi produktivitasnya.
Apalagi di
bisnis pembeihan ini, kita tidak bisa mengklaim lebih unggul dari benih yang
dihasilkan produsen lainnya. Karena setiap beih punya spesifikasi tersendiri
yang pada akhirnya akan sangat tergantung pada pengaplikasiannya di lapangan.
Kalau aplikasinya tidak sesuai dengan yang seharusnya, ya hasilnya juga tidak
akan seperti yang diharapkan. Karena semua kembali pada manajemen penanamannya.
Kenapa baru
sekarang fokus pada penjualan benih hasil pengembangan sendiri?
Karena ini
kan baru di-launching pada bulan
Februari 2012, setelah keluarnya surat ijin dari Kementerian Pertanian
(Kementan). Karena taat azas, maka kita belum berani langsung jualan secara
komersial. Kalau orang lain, mungkin sudah langsung gembar-gembor.
Sebab kami
berprinsif, kalau ijinnya baru didapatkan bulan Februari, maka butuh waktu
sekitar enam bulan untuk pohon indukan itu menghasilkan buah, setelah itu masih
dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk diproses menjadi kecambah. Selain
itu, karena pohon induknya diambil dari koleksi yang kami miliki, maka butuh
waktu yang lama untuk bisa menghasilkan benih yang benar-benar unggul dan siap
disalurkan ke masyarakat.
Setidaknya
untuk menghasilkan benih yang benar-benar unggul, dibutuhkan waktu antara
delapan sampai 15 tahun. Saat ini benih sawit yang kami pasarkan adalah
varietas benih unggul yang diberinama SEU Supreme, yang merupakan persilangan
dari pohon induk milik SEU.
Kalau boleh
tahu, benih ini dihasilkan dari persilangan klon apa saja?
Benih ini
sebenarnya merupakan persilangan dari berbagai klon. Karena kita ingin
menghasilkan varietas yang punya banyak keunggulan. Bukan hanya
produktivitasnya yang tinggi, tapi juga bis atahan dan berkembang dalam kondisi
cekaman iklim. Terus terang, untuk menghasilkan varietas seperti ini, tentunya
tidak bisa hanya dari persilangan satu atau dua klon saja. Untuk Supreme ini,
setidaknya ada enam jenis klon yang kita silangkan. Ada Olivera-nya, ada
Lame-nya dan lainnya.
Jadi bisa
dibilang, benih ini blasteran. Karena dia hasil perkawinan dari berbagai
berbagai klon. Kalau kita ibaratkan bintang film, bisa dibilang cantik lah. Karena induknya banyak, tapi yang
utamanya adalah Deli Dura. Sementara kalau bapaknya, yang utama adalah Apros
Pisifera.
Keunggulan
dari verietas Supreme ini apa? Dan apakah sudah diujicobakan di lapangan?
Keunggulannya,
yang jelas pohonnya pendek dan sudah mulai berbuah pada usia tanam dua tahun. Dari
segi produktivitasnya buahnya, sebanarnya kita tidak pernah mendeklarasikan.
Tapi dari pengalaman orang yang sudah menanam benih kami ini, kapasitasnya bisa
mencapai 35 – 40 ton per hektar per tahun.
Untuk
pengujian lapangan, kita sebenarnya sudah banyak. Karena sudah mulai dari tahun
1997. Ada yang di Sumatera, di Jambi, di Kalimantan Timur dan daerah lainnya.
Tapi kebun yang menjadi percontohan kami ada di wilayah Kubu Raya, Kalimantan
Barat. Disana kami punya tiga demplot di tempat terpisah yang total luasnya
sekitar sembilan hektar.
Usia pohonnya
saat ini baru sekitar 2,5 tahun, tapi sudah menghasilkan buah (Tandan Buah
Segar/TBS) sekitar tujuh ton per hektar. Sementara di kebun lain di wilayah
Kalimantan Timur, saat panen kedua totalnya sudah mencapai 18 ton per hektar.
Berapa
banyak benih yang sudah siap untuk dipasarkan tahun ini?
Untuk tahun
ini, kita targetkan sebanyak 6 juta benih. Tapi yang perlu juga kami sampaikan,
dalam menjual benih ini, kami tidak sebatas pada menjual produk tapi juga
memberikan pelayanan kepada pembeli. Karena sebagus apapun benih yang telah
kita hasilkan, kalau aplikasi di lapangan tidak sesuai maka besar kemungkinan
tidak sesuai harapan.
Karena
itulah dalam penjualan benih ini, kami juga meberikan pelayanan berupa
pendampingan kepada pelanggan. Kami kami ajarkan bagaimana cara menanamnya,
cara merawatnya, dan lainnya. Kita juga buat demplot di lokasi tanam, sebagai
perbandingan sekaligus untuk pelatihan.
Jadi
intinya, yang kami lakukan dalam menjual benih ini terintegrasi. Mulai dari
mengantar langsung benih kepada pembeli (sampai tingkat kabupaten/kota atau
lokasi terdekat), hingga memberikan pendampingan dan pelatihan di lapangan. Ini
juga kami lakukan untuk menghindari pemalsuan benih, yang saat ini sangat
banyak terjadi di Indonesia ini.
Rencananya kami
juga akan mengembangkan benih sawit yang mampu hidup dan berproduksi dengan
baik di wilayah sub-tropis. Untuk ini saya telah mem-push brider kami untuk
mulai membuat riset dan mengkaji untuk mengembangkan benih sawit seperti ini.
Karena terus terang ini merupakan peluang pasar yang sangat luar biasa. Seperti
Cina, Kamboja, Vietnam dan lainnya.
Sampai saat
ini progresnya bagaimana?
Kita memang
untuk saat ini belum bisa ekspos, karena belum memberikan hasil yang terlalu
menggembirakan. Tapi rencananya untuk ujicoba, benih ini nantinya akan kami tanam
dulu di lereng gunung dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan
laut. Kebetulan Ibu (Almarhum Ibu Tien Suharto) punya lahan dengan ketinggian
seperti itu. Rencananya, nanti akan kita coba tanam dulu di lokasi itu.
Apakah mungkin
benih seperti ini bisa dibuat?
Mungkin
saja. Karena saat kami mem-push para brider untuk melakukan eksplorasi
keberbagai tempat, kami meminta mereka untuk mencari pohon sawit yang aneh dan
unik, yang tidak terdapat di di tempat lain atau di Indonesia.
Kebetulan
pada tahun 2010 lalu Pak Reza (Reza Tirtawinata, Direktur PT Sasaran Ehsan
Mekarsari,red) saat berangkat ke Anggola bersama Konsorsium Sawit Indonesia untuk
mencari pohon sawit yang aneh dan unik tersebut. Kebetulan saat itu, dari
benerapa pohon sawit unik yang ditemukan juga ada yang tumbuh di ketinggian di
atas 1.000 meter di atas permukaan laut, dan bisa berbuah dengan baik. Pohon
sawit tersebut kemudian diambil bijinya dan dibawa ke Mekarsari, untuk
dibudidayakan yang selanjutnya akan dijadikan sebagai pohon indukan.
Tapi untuk
menghasilkan benih sawit yang unggul, tentu masih harus melalui proses
persilangan dengan klon lain. Dan ini tentunya tidak bisa terjadi dalam waktu
singkat, tapi butuh waktu dan pengujian yang panjang. Tidak bisa seperti main
sulap, langsung jadi.
Karena tentu
untuk menghasilkan benih yang bisa tahan dan berproduksi dengan baik di atas
ketinggian itu, kita harus menciptakan benih sawit yang dapat tumbuh pada suhu
rendah, misalnya di bawah 17 derajat.
Apakah
nantinya induk ini akan kita kawinkan dengan benih unggul Supreme atau yang
lainnya, kami juga belum tahu. Kalau benih ini nantinya merupakan hasil
persilangan dengan Supreme, tentu namanya bisa kita sebut Supreme Plus atau
yang lainya. Tapi kalau berhasil, rencananya kami akan memberi nama benih
unggul ini HMS, yang merupakan inisial nama mantan Presiden Soeharto (Haji
Muhammad Soeharto).
Kami saat
ini juga tengah melakukan kajian nuntuk menciptakan benih kelapa sawit yang
saat tumbuh, riap pelepahnya lebih kecil. Karena dengan demikian, jumlah pohon
yang ditanam dalam satu hektar bisa lebih banyak. Kalau selama ini rata-rata
per hektar lahan hanya dapat ditanam sebanyak antara 136 sampai 146 batang
pohon, tapi kami mencoba untuk menghasilkan benih yang dapat ditanam sebanyak
300 pohon dalam satu hektar.
Ini memang
masih dalam kajian oleh tim ahli kami. Bagaimana agar bisa menghasilkan benih
seperti itu. Ini tentu bukan pekerjaan ringan. Tapi kalau ini bisa berhasil,
tentu kita tidak perlu ekspansi besar-besaran untuk menanam sawit. Dan ini juga
akan menjadi solusi atas persoalan keterbatasan lahan yang saat ini kita
hadapi.
Untuk
harganya bagimana. Berapa harga yang ditetapkan SEM untuk benih SUE Supreme
ini?
Kalau bicara
harga, kita jual cukup mahal. Yaitu mencapai Rp10 ribu per biji. Tapi dengan
cacatan, benih-benih tersebut akan kita antar langsung ke konsumen, sampai ke
tingkat Kabupaten/Kota atau lokasi terdekat.
Harga benih
kita ini ada di tengah-tengah, yaitu di atas harga benih PPKS Medan dan di
bawah harga benih Lonsum. Untuk saat ini, harga benih sawit Lonsum sekitar US$
1,5 per biji, sementara harga benih PPKS Medan sekitar Rp 9.000 per biji.
Sejauh ini
perusahaan apa saja yang telah membeli atau memasan benih SEU Supreme?
Untuk
pembelian secara langsung sih belum ada. Karena resminya kan kami baru mulai
jualan, sekitar bulan Desember 2012 lalu. Tapi kalau order pemesanan sudah ada
beberapa, seperti perusahaan dari Kuwait untuk membangun perkebunan di Papua
yang memesan 5 juta benih. Kemudian ada juga perusahaan dari Thailand sebanyak
800 ribu benih.
Selain itu
juga ada kontrak pemesan lama yang belum kami tindaklanjuti, yaitu perusahaan
dari Vietnam yang jumlahnya mencapai lima juta butir benih per tahun.
Kalau bisa
dibilang, kebetulan yang sudah menyatakan tertarik untuk membeli benih kami ini
kebanyakan perusahaan-perusahaan asing. Dan kebetulan pula, mereka unmumnya akan
mengembangkan perkebunan kelapa sawit di kawasan Indonesia bagian timur.
Kalau kita
bicara bisnis, menurut Anda bagaimana prospek bisnis pembenihan kelapa sawit
ini?
Saya rasa
peluangnya sangat terbuka. Karena berdasarkan laporan Kementerian Pertanian
(Kementan), total benih yang diproduksi oleh seluruh produsen benih nasional
sebanyak 70 juta butir. Walaupun sebenarnya, kapasitas produksi benih nasional
dari seluruh produsen benih kita bisa mencapai 220 juta. Dari rencana total
produksi tersebut, sudah hampir 30%-nya terserap oleh pasar.
Jadi kalau kita
lihat angka itu, kemungkinan jumlah kebutuhan benih nasional lebih besar lagi.
Selain pasar
dalam negeri, prospek juga terbuka untuk pasar ekspor. Karena setiap tahun
diberikan kuota ekspor benih sawit nasional yang jumlahnya mencapai 20% dari
total produksi. Jadi peluangnya memang sangat bagus.
Apalagi di
industri pembenihan ini juga kan
tidak banyak pemainnya. Karena memang tidak banyak investor yang tertarik masuk
ke bisnis pembenihan. Selain investasinya besar, juga membutuhkan waktu yang
panjang untuk bisa menghasilkan satu varietas benih unggul.
Jadi
jangankan bicara breack event point
(BEP) atau balik modal, untuk menghasilkan satu benih unggul saja butuh waktu
yang sangat panjang. Sangat berbeda dengan industri perkebunannya sendiri, yang
mungkin saja dalam waktu delapan hingga 11 tahun sudah bisa untung.
Tapi kalau dipembenihan, untuk bisa menghasilkan dan jualan satu varietas benih unggul saja setidaknya butuh waktu sekitar 17 tahun. Karena waktunya lebih banyak dihabiskan untuk riset dan pengembangan.***
Tapi kalau dipembenihan, untuk bisa menghasilkan dan jualan satu varietas benih unggul saja setidaknya butuh waktu sekitar 17 tahun. Karena waktunya lebih banyak dihabiskan untuk riset dan pengembangan.***