Penulisan di jurnal ilmiah terakreditasi nasional dan internasional, seharusnya wajib hukumnya bagi para dosen dan peneliti di perguruan tinggi. Karena hal ini bisa menjadi pintu masuk dalam pergaulan akademisi global.
Tapi untuk mendapat kesempatan agar makalah ilmiah
kita diterima dan dipublikasikan di jurnal nasional maupun internasional,
tentulah bukan perkara mudah. Terlebih untuk jurnal internasional, tentunya banyak
kriteria dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyusunan karya ilmiah
tersebut.
Sadar akan kenyataan ini, Tanoto Foundation
International (TFI) menggandeng The Wharthon School of the University of
Pennsylvania, Amerika Serikat (AS) untuk menyelenggarakan Wharton Global
Faculty Development Program (WGFDP). Program pelatihan ini ditujukan bagi para
dosen dan peneliti dari kawasan Asia, Eropa dan Afrika untuk belajar membuat
karya ilmiah yang sesuai dengan standar dan kriteri jurnal internasional.
Menurut Anderson Tanoto, anggota Dewan Pembina TFI, pihaknya
berkomitmen untuk mendukung perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia, mulai
dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
“Salah satu dukungan itu melalui Tanoto Initiative
at the Wharton School. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kerjasama
antara Wharton School dan perguruan-perguruan tinggi di Indonesia untuk
pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan,” kata Anderson.
Anderson berpendapat, Indonesia dengan populasi terbesar keempat di dunia, dan merupakan salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di ASEAN seharusnya memprioritaskan pendidikan. “Indonesia adalah lahan yang subur untuk riset kelas dunia tentang bisnis di Asia serta untuk pengembangan akademik di bidang kepemimpinan bisnis.”
Dia juga mengungkapkan, Tanoto Foundation telah memberikan lebih dari 20.000 beasiswa dan fasilitas pendidikan yang meluluskan lebih dari 27.000 pelajar dari berbagai tingkat pendidikan. Tanoto Foundation juga mengembangkan 60.000 hektar Community Livehood Plantations dan menciptakan lebih dari 1.800 lapangan pekerjaan untuk masyarakat di perdesaan melalui program Usaha kecil dan Menengah (UKM).
Anderson berpendapat, Indonesia dengan populasi terbesar keempat di dunia, dan merupakan salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di ASEAN seharusnya memprioritaskan pendidikan. “Indonesia adalah lahan yang subur untuk riset kelas dunia tentang bisnis di Asia serta untuk pengembangan akademik di bidang kepemimpinan bisnis.”
Dia juga mengungkapkan, Tanoto Foundation telah memberikan lebih dari 20.000 beasiswa dan fasilitas pendidikan yang meluluskan lebih dari 27.000 pelajar dari berbagai tingkat pendidikan. Tanoto Foundation juga mengembangkan 60.000 hektar Community Livehood Plantations dan menciptakan lebih dari 1.800 lapangan pekerjaan untuk masyarakat di perdesaan melalui program Usaha kecil dan Menengah (UKM).
Belajar
dari Ahlinya
Tahun ini penyelenggaraan WGFDP dikuti oleh 16
peserta yang merupakan perwakilan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di
kawasan Asia, Eropa dan Afrika. Dari Indionesia terpilih dua perwakilan, yaitu
dari Universitas Indonesia (UI) yang diwakili oleh ketua Laboratorium Studi
Manajemen, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi (FE UI) Aryana Satrya. Sementara satu lagi dari
Universitas Gajah Mada yang diwakili oleh Deputi Direktur Bidang Pelatihan
Fakultas Ekonomi UGM Nurul Indarti.
Menurut Aryana, selain berbagi ilmu dan pengalaman
ilmiah dengan para peneliti dari berbagai negara, para peserta berkesempatan
untuk bertemu dan mendapatkan ilmu langsung dengan para professor dari
Wharton yang terbiasa dan piawai dalam menulis artikel di jurnal-jurnal
akademik internasional.
“Ini merupakan pengalaman berharga. Kami mendapatkan berbagai pengetahuan baru mengenai bagaimana menulis sebuah artikel ilmiah yang baik dan sesuai standar sebuah jurnal ilmiah internasional,” papar Aryana.
Sementara itu, Nurul berpendapat, pelatihan itu memberikan pengayaan dan menambah wawasan kepada peserta mengenai teknik penulisan jurnal internasional. Apalagi, kata Nurul, para pengajarnya adalah tujuh profesor Wharton School yang merupakan penulis manajemen kelas dunia.
“Mereka adalah penulis-penulis terbaik di sejumlah jurnal manajemen internatsional seperti, Academy of Management Journal, Administrative Science Quarterly, Strategyic Management Journal, dan Organization Science,” kata Nurul.
Baik Aryana maupun Nurul mengatakan, penulisan jurnal ilmiah yang baik, selain didukung dan mengungkap data-data yang otentik, juga harus terbuka terhadap kritik dan masukan pihak lain. “Itu pula yang dilakukan oleh para professor hebat tersebut,” kata Aryana.
Pengalaman dan pengetahuan ini, lanjut Aryana, akan dibagikan dengan rekan-rekan peneliti di UI. Khususnya dalam menyusun jurnal ilmiah. ”Termasuk juga bagaimana masukan dan tips-tipsnya. Ini juga akan saya terapkan dalam mengelola jurnal ilmiah yang dimiliki UI, khususnya jurnal South East Asian Management (SEAM) yang sudah diakui di kalangan peneliti internasional”.
Bangun Jejaring Internasional
“Ini merupakan pengalaman berharga. Kami mendapatkan berbagai pengetahuan baru mengenai bagaimana menulis sebuah artikel ilmiah yang baik dan sesuai standar sebuah jurnal ilmiah internasional,” papar Aryana.
Sementara itu, Nurul berpendapat, pelatihan itu memberikan pengayaan dan menambah wawasan kepada peserta mengenai teknik penulisan jurnal internasional. Apalagi, kata Nurul, para pengajarnya adalah tujuh profesor Wharton School yang merupakan penulis manajemen kelas dunia.
“Mereka adalah penulis-penulis terbaik di sejumlah jurnal manajemen internatsional seperti, Academy of Management Journal, Administrative Science Quarterly, Strategyic Management Journal, dan Organization Science,” kata Nurul.
Baik Aryana maupun Nurul mengatakan, penulisan jurnal ilmiah yang baik, selain didukung dan mengungkap data-data yang otentik, juga harus terbuka terhadap kritik dan masukan pihak lain. “Itu pula yang dilakukan oleh para professor hebat tersebut,” kata Aryana.
Pengalaman dan pengetahuan ini, lanjut Aryana, akan dibagikan dengan rekan-rekan peneliti di UI. Khususnya dalam menyusun jurnal ilmiah. ”Termasuk juga bagaimana masukan dan tips-tipsnya. Ini juga akan saya terapkan dalam mengelola jurnal ilmiah yang dimiliki UI, khususnya jurnal South East Asian Management (SEAM) yang sudah diakui di kalangan peneliti internasional”.
Bangun Jejaring Internasional
Aryana dan Nurul juga menilai, keikutsertaan mereka
dalam pelatihan WGFDP 2013 ini, selain memberikan pengalaman dan manfaat
berharga, juga membuka peluang mereka membangun jejaring dengan kalangan
peneliti internasiuonal. Sehingga memungkinkan bagi para peneliti dan kalangan
akademisi Indonesia untuk melaksanakan penelitian bersama-sama dengan para
peneliti lain dari luar negeri.
“Dengan adanya jejaring ini, di masa mendatang para
peneliti dari UI maupun UGM bisa
bekerjasama dengan peneliti-peneliti dari negara lain, untuk melakukan penelitian bersama,” tambah Aryana. (****)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar